By: Waode hajrah, M.Kes, Jehanara, SST., M.Keb., Bdn., Erika Yulita Ichwan, SST, M.Keb
Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya, termasuk dalam hal pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI). Namun, di tengah banyaknya informasi yang beredar, sering kali para ibu dan keluarga merasa bingung dalam menentukan waktu yang tepat serta jenis makanan yang sesuai untuk diberikan kepada bayi.
Data dari WHO tahun 2021 menunjukkan bahwa hanya 40% bayi di dunia mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, sementara 60% lainnya sudah diberi MPASI sebelum waktunya. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia, di mana survei Riset Kesehatan Dasar menemukan bahwa hampir 70% bayi sudah diberikan MPASI sebelum berusia 6 bulan.
Padahal, pemberian MPASI yang terlalu dini atau tidak sesuai dengan pedoman gizi dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pencernaan dan pernapasan, gizi buruk, hingga keterlambatan pertumbuhan anak. Oleh karena itu, pemahaman yang benar tentang MPASI sangat penting bagi para ibu dan keluarga.
Sebagai bentuk kontribusi dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat, tim dosen dan mahasiswa dari Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III melakukan program pengabdian masyarakat di Kelurahan Pancoran Mas, Depok. Program ini bertujuan untuk membekali ibu dan keluarga dengan edukasi yang benar mengenai pemberian MPASI, mulai dari waktu yang tepat, kandungan gizi seimbang, hingga praktik memasak MPASI yang sehat dan higienis.
Mitos dan Fakta seputar MPASI
- Mitos: Bayi boleh diberi makanan sebelum 6 bulan supaya cepat gemuk.
Fakta: Sistem pencernaan bayi belum matang sebelum usia 6 bulan. Pemberian MPASI terlalu dini dapat meningkatkan risiko alergi, gangguan pencernaan, dan infeksi. - Mitos: MPASI yang baik cukup dengan pisang lumat atau bubur nasi.
Fakta: MPASI harus mengandung protein hewani, karbohidrat, lemak sehat, dan serat. Pemberian makanan yang hanya terdiri dari satu jenis zat gizi bisa menyebabkan kekurangan nutrisi pada bayi. - Mitos: MPASI instan lebih baik karena lebih praktis dan higienis.
Fakta: MPASI rumahan yang dibuat dengan bahan alami dan sesuai pedoman gizi lebih sehat dibandingkan MPASI instan yang sering kali mengandung tambahan gula dan garam.
Bagaimana Cara Memberikan MPASI yang Tepat?
Dalam program pengabdian masyarakat ini, tim memberikan pelatihan kepada ibu dan keluarga mengenai cara membuat MPASI yang sehat dan sesuai dengan tahapan usia bayi. Berikut adalah beberapa panduan utama yang diberikan:
1. Mulai di Usia 6 Bulan
Bayi sebaiknya mulai mendapatkan MPASI pada usia 6 bulan, dengan tetap melanjutkan ASI
hingga usia 2 tahun. Tanda kesiapan bayi untuk MPASI meliputi:
- Mampu duduk tegak dengan sedikit bantuan.
- Tertarik dengan makanan dan mencoba meraih makanan orang lain.
- Refleks menjulurkan lidah sudah berkurang, sehingga bisa menelan makanan dengan baik.
2. Tekstur MPASI Harus Sesuai dengan Usia
- 6-8 bulan : Makanan halus (bubur saring, puree).
- 9-11 bulan : Makanan yang lebih padat (bubur kasar, makanan cincang).
- 12 bulan ke atas : Makanan keluarga yang dipotong kecil.
3. Pastikan MPASI Mengandung Gizi Seimbang
MPASI yang baik harus mengandung:
- Protein hewani (telur, ikan, daging, ayam).
- Protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan).
- Karbohidrat (beras, ubi, kentang, oatmeal).
- Lemak sehat (minyak kelapa, santan, mentega).
- Serat, vitamin, dan mineral (sayur dan buah)
Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap MPASI
Hasil dari program pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan dan pemahaman ibu serta keluarga mengenai MPASI yang benar. Sebelumnya, banyak ibu yang masih memberikan MPASI sebelum usia 6 bulan karena percaya bahwa bayi akan lebih cepat gemuk dan sehat. Namun, setelah diberikan edukasi, para ibu lebih memahami bahwa MPASI yang diberikan terlalu dini justru meningkatkan risiko diare dan gangguan kesehatan lainnya.
Selain itu, program ini juga berhasil meningkatkan keterlibatan anggota keluarga, terutama ayah, dalam mendukung ibu selama pemberian MPASI. Partisipasi ayah dalam menyiapkan makanan dan mendampingi ibu selama pemberian makan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan pemberian MPASI yang sesuai standar.
Lebih lanjut, ibu-ibu yang mengikuti program ini menjadi lebih percaya diri dalam menyiapkan MPASI sendiri di rumah. Mereka memahami pola makan yang sesuai untuk bayi di setiap tahap pertumbuhan, mulai dari pemilihan bahan makanan hingga cara penyajian yang aman dan higienis. Dengan meningkatnya kesadaran ini, diharapkan angka pemberian MPASI dini yang tidak sesuai dapat berkurang secara signifikan di wilayah Pancoran Mas.
Referensi:
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (2021). Complementary Feeding: Building the Foundations for a Healthy Life. Geneva: WHO.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang Sehat dan Tepat. Jakarta: Kemenkes RI.
- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- United Nations Children’s Fund (UNICEF). (2022). The State of the World’s Children Report: Nutrition and Feeding Practices. New York: UNICEF.
- Kristianto, Y., & Yusiana, T. (2012). Sociocultural Factors Influencing Complementary Feeding Practices in Indonesian Families. Indonesian Journal of Public Health, 8(2), 55-67.