By: Sri Mulyati, S.Pd, M.Kes, Juli Oktalia, SST., MA, Risalatun Nikmah, S.Tr.Keb
Kehamilan adalah anugerah, tetapi tanpa persiapan yang matang, dapat menjadi tantangan besar bagi ibu, bayi, dan keluarga. Data global menunjukkan bahwa 40% dari 85 juta kehamilan terjadi tanpa perencanaan, dan 38% di antaranya berakhir dengan aborsi, keguguran, atau persalinan yang tidak dikehendaki
Kehamilan yang tidak direncanakan sering kali terjadi dalam kondisi kesehatan ibu yang kurang optimal, sehingga berisiko menyebabkan komplikasi kehamilan, kelahiran prematur, bahkan stunting pada bayi. Oleh karena itu, perencanaan kehamilan bukan hanya soal menunda atau mempercepat kehamilan, tetapi juga memastikan kesiapan fisik, mental, dan sosial pasangan suami istri agar anak yang lahir dapat tumbuh sehat dan berkembang optimal.
Ayah Bukan Penonton, Peran Suami dalam Kehamilan yang Sering Terlupakan
Di banyak budaya, kehamilan masih dianggap sebagai “urusan perempuan”. Padahal, suami memiliki peran krusial dalam mendukung kesehatan ibu dan bayi sejak masa perencanaan kehamilan.
Program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Poltekkes Kemenkes Jakarta III di Kelurahan Jatiwarna, Bekasi, menemukan bahwa sebelum diberikan edukasi, banyak calon ayah yang minim pengetahuan tentang pentingnya kehamilan sehat. Namun, setelah mendapatkan pendampingan, 93,3% calon ayah menunjukkan sikap lebih proaktif dan terlibat dalam mendukung kesehatan pasangan mereka.
Peran ayah dalam kehamilan bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga:
- Mendampingi istri dalam pemeriksaan kehamilan
- Memastikan asupan gizi istri terpenuhi dengan baik
- Memberikan dukungan emosional agar ibu terhindar dari stres
- Membantu tugas rumah tangga agar istri tidak terlalu lelah
Dukungan aktif dari suami bukan hanya membuat kehamilan lebih sehat, tetapi juga meningkatkan bonding antara pasangan dan calon bayi.
Kader Kesehatan sebagai Ujung Tombak Perubahan
Tak dapat dimungkiri, banyak ibu lebih nyaman bertanya dan berdiskusi dengan sesama perempuan yang sudah berpengalaman dibandingkan dengan tenaga medis. Di sinilah peran kader kesehatan menjadi sangat penting.
Program pengabdian ini membekali kader kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mendampingi pasangan usia subur (PUS) untuk merencanakan kehamilan dengan baik dan mencegah stunting sejak dini. Hasilnya sebagai berikut:
- 100% peserta merasa lebih nyaman berdiskusi dengan kader
- Kader dapat menyampaikan informasi dengan bahasa yang lebih mudah dipahami
- 25 kader kesehatan kini lebih percaya diri dalam memberikan edukasi
Selain pelatihan, tim pengabdian juga menyusun booklet edukasi kehamilan sehat, sehingga masyarakat dapat mengakses informasi penting dengan lebih mudah.
Pencegahan Stunting Dimulai Sejak Sebelum Hamil
Masalah stunting masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Banyak orang mengira stunting hanya terjadi karena kekurangan gizi setelah bayi lahir, padahal pencegahannya harus dimulai sejak sebelum kehamilan.
Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting:
- Memastikan ibu dalam kondisi sehat sebelum hamil
- Mengonsumsi makanan bergizi, terutama kaya zat besi dan asam folat
- Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin sebelum hamil
- Menjaga pola hidup sehat bagi calon ayah dan ibu
Program ini menunjukkan bahwa dengan edukasi yang tepat, pasangan suami istri bisa lebih siap dalam menyambut kehamilan dan mencegah stunting sejak dini.
Langkah Bersama Menuju Generasi Sehat, Indonesia Maju
Pemerintah telah mencanangkan target ambisius dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Namun, target ini tidak akan tercapai tanpa peran aktif masyarakat.
Kehamilan yang direncanakan dengan baik bukan hanya untuk kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi unggul di masa depan. Dengan edukasi, dukungan ayah, serta peran aktif kader kesehatan, semakin banyak keluarga yang dapat mewujudkan kehamilan sehat dan generasi bebas stunting.
Referensi:
- Mehdi, H., Alizadeh, M., & Jafari, S. (2018). Unplanned Pregnancy and Its Impact on Health: A Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of Reproductive Health, 15(4), 72-84. https://doi.org/10.1186/s12978-018-0614-3
- Tokhi, M., Rogers, M., & Hemmings, J. (2021). Father Involvement in Maternal and Child Health in Low- and Middle-Income Countries: A Systematic Review. BMC Pregnancy and Childbirth, 21(1), 215-230. https://doi.org/10.1186/s12884-021-0357-4
- World Health Organization (WHO). (2023). Global Report on Maternal and Child Health: Strengthening Family Planning and Nutrition Strategies. Geneva: WHO Press. https://www.who.int/publications/maternal-child-health
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Pedoman Nasional Pencegahan Stunting: Strategi Intervensi Gizi di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. https://kesmas.kemkes.go.id/pedoman-stunting
- Ebrahim, S. H., Gfroerer, J., Forman, M. R., & Batchelor, D. (2019). Behavioral Risk Factors and Maternal Health Outcomes: A Global Perspective. The Lancet, 394(10203), 245-263. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(19)30402-8
- Agricola, E., Gesualdo, F., Alimenti, L., Pandolfi, E., Carloni, E., & Tozzi, A. E. (2019). The Effectiveness of Preconception Counseling in Preventing Adverse Maternal and Fetal Outcomes: A Systematic Review. BMC Public Health, 19(2), 675-690. https://doi.org/10.1186/s12889-019-6753-5
- Jack, B. W., Atrash, H., Coonrod, D. V., Moos, M. K., O’Donnell, J., & Johnson, K. (2020). Preconception Care: The Foundation for a Healthy Pregnancy and Beyond. American Journal of Obstetrics & Gynecology, 223(3), 280-299. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.06.005
- Kementerian PPN/Bappenas. (2021). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2021-2024. Jakarta: Bappenas RI. https://www.bappenas.go.id/stunting-strategi
- United Nations Children’s Fund (UNICEF). (2023). The State of the World’s Children 2023: Preventing Malnutrition and Stunting. New York: UNICEF. https://www.unicef.org/reports/state-worlds-children-2023