By: Novita Rina Antarsih, SST, M.Biomed, Dra. Hamidah, S.Pd, M.Kes, Mardeyanti, S.SiT, M.Kes
Ketika membahas kesehatan remaja, yang sering terbayang adalah tenaga medis di puskesmas atau rumah sakit. Namun, ada elemen lain yang memiliki kontribusi besar dalam memastikan remaja mendapatkan informasi dan layanan kesehatan yang tepat, yaitu para kader kesehatan di masyarakat. Mereka menjadi jembatan penting antara layanan kesehatan formal dan kebutuhan remaja di lingkungan sekitar.
Di Desa Pondok Rajeg, Kabupaten Bogor, sebuah program pemberdayaan telah dilakukan untuk meningkatkan akses kesehatan reproduksi bagi remaja. Program ini bertujuan mengoptimalkan peran para penggerak kesehatan komunitas agar lebih memahami cara mendampingi remaja dalam memperoleh informasi yang benar terkait kesehatan reproduksi serta risiko pernikahan dini.
Meningkatkan Kesadaran akan Kesehatan Remaja
Di Indonesia, angka pernikahan anak masih tergolong tinggi. Data menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak perempuan berusia 15-17 tahun sudah menikah. Kondisi ini berisiko besar terhadap kesehatan ibu dan bayi, termasuk komplikasi kehamilan, persalinan yang sulit, hingga meningkatnya angka kematian ibu dan bayi.
Selain itu, banyak remaja yang belum memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, sehingga rentan terhadap risiko penyakit menular seksual, anemia akibat pola makan yang buruk, hingga kehamilan yang tidak direncanakan. Padahal, remaja merupakan generasi penerus yang seharusnya mendapatkan edukasi kesehatan yang cukup untuk masa depan mereka.
Peran Kader Kesehatan dalam Meningkatkan Akses Layanan
Sebagai ujung tombak dalam masyarakat, para penggerak kesehatan memiliki peranan krusial dalam mendekatkan akses layanan kesehatan bagi remaja. Namun, masih banyak di antara mereka yang belum memahami sepenuhnya tanggung jawab yang diemban, terutama dalam memberikan edukasi yang efektif kepada kelompok usia ini.
Oleh karena itu, program yang dilakukan di Desa Pondok Rajeg berfokus pada peningkatan kapasitas para relawan melalui pelatihan khusus yang mencakup berbagai aspek kesehatan reproduksi remaja. Upaya ini dilakukan melalui beberapa langkah strategis:
- Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas
Para relawan diberikan pemahaman mendalam mengenai kesehatan reproduksi remaja, pentingnya peran mereka dalam komunitas, serta teknik komunikasi efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh remaja. - Pembentukan Posyandu Remaja
Posyandu yang sebelumnya hanya melayani bayi dan ibu hamil kini mulai diperluas untuk mencakup layanan bagi remaja. Ini menjadi langkah penting agar kelompok usia ini memiliki akses lebih mudah terhadap layanan kesehatan yang dibutuhkan. - Pemberdayaan Remaja sebagai Agen Perubahan
Remaja yang telah mendapatkan edukasi diikutsertakan dalam program kader sebaya. Pendekatan ini terbukti lebih efektif karena komunikasi antar-teman sebaya cenderung lebih diterima dibandingkan dengan informasi yang disampaikan oleh orang dewasa. - Sosialisasi dan Edukasi di Sekolah serta Komunitas
Berbagai kegiatan penyuluhan dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok, ceramah interaktif, hingga lomba cerdas cermat kesehatan. Metode ini bertujuan agar edukasi kesehatan menjadi lebih menarik bagi remaja.
Dampak Nyata bagi Masyarakat
Setelah intervensi dilakukan, terlihat adanya peningkatan pemahaman masyarakat tentang kesehatan reproduksi remaja. Meskipun perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah program tidak terlalu signifikan dalam data statistik, ada perubahan positif dalam kesadaran dan keterlibatan komunitas dalam isu ini.
Komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah desa dan tenaga medis setempat, juga semakin kuat dalam mendukung pembentukan posyandu remaja. Dengan adanya pusat layanan ini, remaja kini memiliki tempat yang aman untuk berkonsultasi mengenai kesehatan mereka tanpa takut dihakimi.
Para kader kesehatan bukan hanya sekadar penyampai informasi, tetapi juga agen perubahan dalam komunitas. Dengan pelatihan yang tepat, mereka dapat menjadi penggerak utama dalam meningkatkan kesehatan remaja.
Pemberdayaan relawan dan remaja merupakan langkah strategis untuk mengurangi angka pernikahan dini dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan reproduksi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, akses terhadap layanan kesehatan yang layak bagi remaja dapat terus ditingkatkan, sehingga generasi mendatang dapat tumbuh dengan lebih sehat dan berkualitas.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Panduan Orientasi Kader Posyandu. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.
- Badan Pusat Statistik. (2020). Perkawinan Anak di Indonesia. Jakarta: BPS RI.
- Rasmaniar, R., Nurlaela, E., Ahmad, A., & Nurbaya, N. (2022). Pendidikan Teman Sebaya melalui Pemberdayaan Kader Posyandu Remaja terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja tentang Manfaat Gizi dalam Pencegahan Stunting. Health Information: Jurnal Penelitian, 14(1), 76–88. https://doi.org/10.36990/hijp.v14i1.498
- Mutalib, R. H. A., & Maqfiro, S. N. A. (2022). Pemanfaatan Media Booklet Sebagai Optimalisasi Peran Kader Posyandu Bagi Anak Golden Age Period. Jurnal Empathy Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 87–99. https://doi.org/10.37341/jurnalempathy.v0i0.117
- Antarsih, N. R., Yantina, D., & Aticeh, A. (2021). Empowering Health Cadres as a Toddler Posyandu Team to Improve Knowledge and Skills. Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), 283–296. https://doi.org/10.29062/engagement.v5i2.667