By: Sri Mulyati, S.Pd., M.Kes, Yulia Sari, SST., MKM, Niki Rian Putri, SST
Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan utama di Indonesia dan telah menjadi perhatian global karena dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang, infeksi berulang, serta kurangnya stimulasi dini bagi anak. Kondisi ini bukan hanya menghambat pertumbuhan fisik, tetapi juga memengaruhi perkembangan otak dan kecerdasan anak, yang pada akhirnya berpotensi menurunkan produktivitas bangsa.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 21,6% anak balita di Indonesia mengalami stunting pada tahun 2022. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka ini, mulai dari program edukasi hingga intervensi gizi. Namun, kesuksesan program pencegahan stunting sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat, terutama dalam pemantauan tumbuh kembang anak sejak dini.
Sebagai langkah preventif, Poltekkes Kemenkes Jakarta III melaksanakan program “Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita untuk Pencegahan Kejadian Stunting” di RW 11 Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendeteksi dini gangguan tumbuh kembang serta memberikan edukasi kepada orang tua terkait pentingnya pemantauan kesehatan anak. Dengan keterlibatan aktif berbagai pihak, diharapkan setiap anak mendapatkan haknya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pentingnya Pemantauan Tumbuh Kembang
Pemantauan tumbuh kembang anak sejak dini sangat penting untuk memastikan pertumbuhan optimal dan mencegah masalah kesehatan. Dalam praktiknya, beberapa langkah utama yang dapat dilakukan masyarakat meliputi:
- Mengukur tinggi dan berat badan balita secara berkala untuk mengetahui status gizi anak.
- Menilai perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan sosial anak menggunakan metode sederhana yang dapat diterapkan di rumah.
- Meningkatkan pemahaman orang tua mengenai pentingnya pemenuhan gizi seimbang dan stimulasi dini.
- Mendeteksi dini potensi gangguan tumbuh kembang dan segera mengonsultasikan ke fasilitas kesehatan jika ditemukan masalah.
Dengan adanya dukungan berbagai pihak dalam pemantauan tumbuh kembang anak, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Dampak Positif dari Program Pemberdayaan Kader Posyandu
Setelah kegiatan pengabdian ini dilakukan, terlihat beberapa dampak positif yang signifikan, yaitu:
- Meningkatnya pengetahuan kader dalam melakukan pengukuran dan penilaian tumbuh kembang anak.
- Orang tua menjadi lebih sadar pentingnya membawa anak ke posyandu secara rutin untuk pemantauan tumbuh kembang.
- Kader lebih aktif dalam memberikan edukasi kepada orang tua, terutama dalam hal pentingnya ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI yang tepat.
- Deteksi dini anak dengan keterlambatan perkembangan meningkat, sehingga dapat segera mendapatkan intervensi yang sesuai.
Selain itu, kegiatan ini juga membantu kader dalam melaporkan kasus-kasus stunting atau gangguan tumbuh kembang kepada Puskesmas, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan cepat.
Mendukung Program Posyandu
Posyandu bukan sekadar tempat menimbang bayi, tetapi merupakan sarana penting dalam pemantauan kesehatan ibu dan anak. Dengan semakin banyak orang tua yang sadar akan pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak, maka angka kejadian stunting dapat ditekan.
Anda dapat berkontribusi dengan:
- Membawa anak ke posyandu secara rutin
- Menerapkan pola asuh dan pemberian gizi yang tepat
- Mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh kader kesehatan
Dengan demikian, kita dapat bersama-sama mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas.
Langkah yang Dapat Dilakukan Orang Tua untuk Mencegah Stunting
Selain peran lingkungan, pencegahan stunting juga membutuhkan keterlibatan aktif dari orang tua. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Penuhi kebutuhan gizi sejak masa kehamilan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan suplemen yang dianjurkan.
- Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan lanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang berkualitas.
- Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala dengan membawa anak ke fasilitas kesehatan atau posyandu setiap bulan.
- Berikan stimulasi yang tepat sesuai usia anak melalui permainan edukatif yang dapat membantu perkembangan motorik dan kognitif.
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemantauan tumbuh kembang anak telah memberikan manfaat nyata dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan stunting. Dengan keterlibatan aktif berbagai pihak, termasuk orang tua dan tenaga kesehatan, kita dapat bersama-sama menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan RI. (2022). Modul Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
- Kementerian Kesehatan RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia.
- Departemen Kesehatan RI. (2014). Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
- Klein, S., & Thomson, F. (2008). Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Setia.
- UNICEF. (2021). The State of the World’s Children 2021: On My Mind – Promoting, Protecting and Caring for Children’s Mental Health. New York: United Nations Children’s Fund.
- World Health Organization. (2020). Improving Early Childhood Development: WHO Guideline. Geneva: WHO.