Cegah Stunting, Ciptakan Masa Depan Cemerlang untuk Anak Bangsa

By: Erika Yulita, SST, M.Keb, Herlyssa, S.Kep, Ns, MKM, Junengsih, SST., MKM

Stunting merupakan ancaman serius bagi tumbuh kembang anak yang dapat berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama dan sering kali tidak disadari sejak dini. Berdasarkan hasil Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan oleh tim dari Poltekkes Kemenkes Jakarta III di RW 09 Kelurahan Baru, Jakarta Timur, terbukti bahwa pemberdayaan kader dan keluarga berbasis responsif gender menjadi solusi efektif dalam mencegah stunting.

Pencegahan stunting harus menjadi prioritas utama dalam perawatan kesehatan anak sejak dini. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya stunting, termasuk kekurangan gizi ibu selama kehamilan, praktik pemberian makan yang tidak memadai, serta sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk. Oleh karena itu, penting bagi setiap keluarga untuk memahami bagaimana cara mencegah stunting agar anak-anak dapat tumbuh sehat dan berkembang secara optimal.

Apa Itu Stunting dan Mengapa Perlu Dihindari?

Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan lebih pendek dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis. Selain mempengaruhi pertumbuhan fisik, stunting juga berdampak pada perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa anak. Jika tidak dicegah sejak dini, stunting bisa menurunkan kualitas hidup seseorang hingga dewasa.

Peran Keluarga dan Kader dalam Mencegah Stunting

Pemberdayaan keluarga dan kader menjadi langkah utama dalam program pencegahan stunting ini. Melalui edukasi dan pelatihan yang dilakukan, ibu, ayah, serta anggota keluarga lainnya diajarkan tentang pentingnya:

  • 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK): Masa emas tumbuh kembang anak yang harus diperhatikan sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun.
  • ASI Eksklusif: Pemberian ASI selama enam bulan pertama tanpa tambahan makanan lain terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasan anak.
  • MPASI Bergizi dari Bahan Lokal: Mengajarkan keluarga bagaimana mengolah makanan pendamping ASI dengan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar agar tetap bernutrisi.
  • Deteksi Dini Stunting: Melalui program skrining yang dilakukan di posyandu, keluarga bisa lebih waspada dalam memantau pertumbuhan anaknya.

Responsif Gender dalam Pencegahan Stunting

Selain aspek gizi, pendekatan berbasis responsif gender juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Beberapa langkah yang dilakukan untuk membangun ketahanan keluarga dalam mencegah stunting, antara lain:

  • Peran Ayah dalam Pengasuhan: Stunting bukan hanya tanggung jawab ibu. Ayah perlu terlibat dalam memastikan pemenuhan gizi dan kesehatan anak.
  • Ketahanan Ekonomi Keluarga: Mengelola pendapatan secara bijak untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
  • Dukungan Sosial: Masyarakat yang peduli terhadap kesehatan anak dan ibu dapat membantu mengurangi angka stunting melalui edukasi dan pendampingan.

Hasil Nyata dari Program Pemberdayaan

Berdasarkan hasil pengabdian yang dilakukan, ditemukan bahwa tingkat pemahaman kader dan keluarga tentang stunting meningkat signifikan setelah mengikuti pelatihan.

  • Sebelum edukasi, hanya 53,3% kader yang memiliki pemahaman baik tentang stunting.
  • Setelah edukasi, angka ini meningkat hingga 77,5%
  • Keluarga yang mengikuti pelatihan juga lebih mandiri dalam menyiapkan makanan bergizi untuk anak-anak mereka.

Pencegahan stunting adalah upaya bersama yang dapat dilakukan dengan edukasi, kesadaran keluarga, dan dukungan komunitas. Program pemberdayaan kader dan keluarga berbasis responsif gender terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga dalam menyediakan gizi terbaik bagi anak-anaknya. Dengan semakin banyak keluarga yang menerapkan pola hidup sehat dan memperhatikan asupan gizi anak, diharapkan angka stunting dapat terus menurun, menciptakan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan tangguh.

Referensi:

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Laporan Status Gizi Balita di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
  2. UNICEF. (2022). Stunting and Child Nutrition: A Global Perspective. New York: United Nations Children’s Fund.
  3. World Health Organization. (2021). Guidelines on Child Growth and Nutrition. Geneva: WHO.
  4. Black, R. E., Victora, C. G., Walker, S. P., Bhutta, Z. A., Christian, P., de Onis, M., … & Uauy, R. (2013). Maternal and child undernutrition and overweight in low-income and middle-income countries. The Lancet, 382(9890), 427-451.
  5. Dewey, K. G., & Begum, K. (2011). Long-term consequences of stunting in early life. Maternal & Child Nutrition, 7, 5-18.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Other Recent Articles

Scroll to Top
Whatsapp
Butuh Batuan?
Halo WRHC,
Ada yang dapat kami bantu?