Berbagai Stigma Sosial Dan Dampaknya Pada Perempuan-Perempuan Tanpa Anak

By: Annisa Wulandari

Pada masyarakat, perempuan diharapkan untuk memiliki anak sebagai bagian dari peran tradisional mereka. Perempuan yang tidak memiliki anak baik karena sukarela sebagai pilihan pribadi, akibat kondisi medis tertentu ataupun karena faktor lainnya itu sering dianggap melanggar norma sosial. Stigma ini biasanya tidak hanya datang dari individu di lingkungan terdekat, tetapi juga dapat dari media sosial, institusi keagamaan dan sistem sosial yang patriarkal. Tanpa adanya keturunan, identitas sebagai keluarga ideal bagi pasangan suami istri juga biasa dianggap tidak berhasil dalam membangun sebuah keluarga yang utuh. Sedangkan dalam konteks gender, kehadiran anak memiliki makna yang berbeda. Bagi laki-laki memiliki anak merupakan bentuk validasi atas kejantanannya sedangkan bagi perempuan keberhasilan melahirkan satu atau dua anak dianggap sebagai bukti dari kualitas keibuannya.

Bentuk-bentuk stigma sosial terhadap perempuan tanpa anak biasanya banyak budaya yang mengaitkan nilai seorang perempuan dengan kemampuannya melahikan anak. Perempuan yang tanpa anak sering dianggap tidak lengkap atau tidak sempurna hidup dan pernikahannya. Dalam beberapa kepercayaan agama juga memiliki anak dianggap sebagai kewajiban spiritual dan menganggap anak pembawa rezeki. Perempuan tanpa anak biasanya sering dihakimi karna dianggap tidak memenuhi takdir keagamaan mereka. Perempuan yang tidak memiliki anak akibat masalah fertilitas biasanya disebut mandul dan sering mendapatkan diskriminasi dari masyarakat, bahkan dari perawatan kesehatan pun kurang empati terhadap kondisi mereka. Dan juga perempuan yang secara sukarela memilih untuk tidak memiliki anak biasanya sering dianggap egois dan tidak mematuhi norma gender mereka.

Dampak dari stigma sosial terhadap perempuan tanpa anak biasanya mendapatkan tekanan sosial untuk memiliki anak dapat menyebabkan perempuan merasa malu dan rendah diri yang mengakibatkan merasa kurang berharga. Sering memicu kesehatan mental yang dimana merasakan depresi, kecemasan dan menjauhkan diri dari lingkungan sosial.

Perempuan tanpa anak juga sering dikucilkan dari kelompok sosial yang berfokus pada keluarga dan anak, dalam hubungan keluarga atau pernikahan karena mereka menghadapi tekanan untuk memenuhi ekspektasi reproduksi. Serta perempuan tanpa anak dianggap lebih mampu bekerja lembur tetapi sering kali kurang dihargai karena tidak memiliki tanggung jawab keluarga.

Upaya mengatasi stigma sosial terhadap perempuan tanpa anak yaitu dapat dengan cara meningkatkan literasi kesadaran publik melalui edukasi masyarakat tentang keragaman pilihan hidup perempuan termasuk menghargai berbagai peran yang mereka pilih, memberdayakan individu, membantu restrukturisasi kognitif dan mencari peer support dari teman maupun keluarga.

Referensi:

  1. Pricillia WRR, Putri LGS. Perempuan Voluntary Childfree: Melawan Stigma Dan Menyoal Feminitas Dalam Masyarakat Pronatalis. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan [Internet]. 2023;23(1):89–104. Tersedia pada: https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23htt s://ejournal.unhi.ac .id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23
  2. Rahma Neysa M, Krisna Aditya A, Budi Nugroho W. Stigma terhadap Individu Childfree pada Masyarakat di Kota Denpasar [Internet]. Vol. 1, Communication and Policy Review. Tersedia pada: https://ijespgjournal.org/index.php/shkr
  3. Kartika NK, Fridari IGAD. Dampak Involuntary Childlessness pada Perempuan dan Laki-laki di Indonesia: Kajian Literatur. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial. 26 Juni 2024;10(1):01–15.
  4. Hanandita T. Konstruksi Masyarakat Tentang Hidup Tanpa Anak Setelah Menikah. Jurnal Analisa Sosiologi. 2022;11(1):126–36.
  5. Priandono TE, Ramdani AH, Fahrul A, Affandi M. Perempuan Tanpa Anak: Strategi Menghadapi Stigma. Jurnal Common.6.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Other Recent Articles

Scroll to Top
Whatsapp
Butuh Batuan?
Halo WRHC,
Ada yang dapat kami bantu?